Kamis, 24 November 2016

Cerita Fantasi

Leona Sang Penguasa Angin
          Leona, sang penguasa angin, hidup di sebuah kota yang ramai. Di kota itu, sering terjadi angin puting beliung, kurang lebih dua kali dalam sebulan. Di setiap bulan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 12 orang. Tiap hari populasi di kota itu menurun. Leona awalnya tidak mengerti talentanya. Suatu saat, ketika Leona pergi ke hutan, ia melihat ada rumah kecil yang terbuat dari kayu. Dia berjalan perlahan-lahan mendekati rumah itu.
          Ternyata di dalam rumah itu ada seorang nenek. Dia sudah tua dan berambut putih. Di dalam rumahnya terdapat banyak sekali ramuan. Leona sangat terkejut melihat itu. Leona berkata “Permisi nek, apakah saya boleh masuk?” Nenek itu menjawab “Silahkan masuk.” Nenek tua itu menjelaskan tentang ramuan-ramuan yang telah dibuatnya. Nenek itu memberikan sebuah cincin bewarna emas dan berlambangkan puting beliung.
Kata nenek itu kepada Leona sambil memberikan cincin itu “Pakalah cincin ini, cincin ini berfungsi untuk mengendalikan angin. Nenek berikan cincin ini kepadamu, dan bawalah untuk selama-lamanya. Karena jika kau memakai cincin ini kau akan memiliki tanda puting beliung di tanganmu, dan kau akan menjadi penguasa angina. Kau akan bisa terbang, bisa mengendalikan angin puting beliung. Kau juga bisa mengontrol tsunami yang melenyapkan kota-kota. Dan juga bisa mengontrol kebakaran yang menghancurkan rumah-rumah.”
Leona sangat senang bisa mendapat cincin tersebut. Dia mengucapkan terimakasih berkali-kali. Nenek itu juga memberikan jubah bewarna biru yang begitu gelap. Jubah itu juga melambangan kekuasaannya terhadap seluruh angin di muka bumi. Jubah itu harus dipakai setiap hati, kecuali saat tidur. Dengan memakai jubah itu, Leona dapat terbang dan mengelilingi dunia. Jubah itu juga dapat membuat Leona merasa tidak kecapekan.
          Setelah dati rumah kayu itu, Leona keluar dari melanjutkan perjalanannya. Saat Leona sudah keluar dari rumah itu, lalu ia berbalik badan, dan rumah itu sudah tidak ada. Leona sangat heran dan ia langsung berlari menyusul kakak dan adiknya. Leona berkemah bersama Ken, kakaknya dan Talitha, adiknya. Mereka berkemah selama dua hari tiga malam. Perkemahan itu sangatlah seru.
          Tetapi sayangnya, besok mereka harus pulang. Saat mereka berjalan-jalan ke hutan, mereka melihat seorang anak perempuan yang tersesat di hutan, ia sedang membaca buku. Leona, Ken, dan Talitha merasa iba kepada anak itu. Dia duduk di bawah pohon apel dan membawa boneka teddy bear bewarna putih. Leona mendekatinya dan bertanya kepadanya “Hai, nama kamu siapa? Kamu berasal dari mana?” Lalu anak itu menjawab “Namaku Tania, aku tersesat di hutan saat pergi berkemah bersama teman-temanku.
          Lalu Leona, Talitha, dan Ken membawa Tania ke tempat perkemahan mereka. Tiba-tiba Tania menangis dan berkata “Aku rindu dengan orang tuaku.” Ken bertanya “Kemana orang tuamu pergi?” Tania menjawab “Orang tuaku telah meninggal dunia akibat terseret angin puting beliung.” Dan sejak itulah Leona memakai cincin yang berlambang puting beliung dan jubahnya. Leona diberi mantra untuk dapat mengembalikan arwah orang tua Tania. Leona mencoba untuk mengucapkan mantranya dan tiba-tiba kedua orang tua Tania duduk disebelah Tania.
          Tania sangat terkejut dan menangis terharu. Mereka hanya dapat bertemu lima menit saja, dan arwah kedua orang tuanya akan kembali lagi. Orang tua Tania menyampaikan pesan kepadanya “Jadilah anak yang baik, yang dapat memotivasi orang lain. Dan sementara ini tinggalah bersama Leona dan jangan menyusahkannya.” Air mata Tania bertambah deras dan Tania memeluk arwah kedua orang tuanya. Dan tiba-tiba arwah itu hilang perlahan-lahan dengan sendirinya.
          Leona, Ken, Talitha, dan Tania pulang sore ini. Sementara ini, Tania tinggal bersama-sama dengan Leona, Ken, dan Talitha. Mereka sudah sampai di rumah dengan selamat dan bertemu Herman, ayah mereka dan Tiara, ibu mereka. Om Herman dan Tante Tiara menyambut Tania dengan ramah. Kebetulan di rumah Leona, ada satu kamar kosong dan yang nantinya akan ditempati oleh Tania.

          Pada suatu hari, terjadi angin puting beliung yang melanda kota itu. Leona langsung memakai cincin dan jubahnya. Lalu ia terbang dan mengendalikan angin itu. Dan angin sebesar itu ia masukkan kedalam sebuah toples kaca. Setiap ada angin puting beliung, Leona melakukan hal itu. Dan perlahan-lahan muncul di tangan Leona lambang puting beliung. Leona merasa terkejut bercampur rasa senang. Om Herman, Tante Tiara, Ken, Talitha, dan Tania pun ikut merasa senang karena Leona berhasil menjadi penguasa angin.

0 komentar:

Posting Komentar