Leona Sang Penguasa Angin
Leona, sang penguasa angin, hidup di sebuah kota yang
ramai. Di kota itu, sering terjadi angin puting beliung, kurang lebih dua kali
dalam sebulan. Di setiap bulan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 12 orang.
Tiap hari populasi di kota itu menurun. Leona awalnya tidak mengerti
talentanya. Suatu saat, ketika Leona pergi ke hutan, ia melihat ada rumah kecil
yang terbuat dari kayu. Dia berjalan perlahan-lahan mendekati rumah itu.
Ternyata di dalam rumah itu ada seorang nenek. Dia sudah
tua dan berambut putih. Di dalam rumahnya terdapat banyak sekali ramuan. Leona
sangat terkejut melihat itu. Leona berkata “Permisi nek, apakah saya boleh
masuk?” Nenek itu menjawab “Silahkan masuk.” Nenek tua itu menjelaskan tentang
ramuan-ramuan yang telah dibuatnya. Nenek itu memberikan sebuah cincin bewarna
emas dan berlambangkan puting beliung.
Kata
nenek itu kepada Leona sambil memberikan cincin itu “Pakalah cincin ini, cincin
ini berfungsi untuk mengendalikan angin. Nenek berikan cincin ini kepadamu, dan
bawalah untuk selama-lamanya. Karena jika kau memakai cincin ini kau akan
memiliki tanda puting beliung di tanganmu, dan kau akan menjadi penguasa
angina. Kau akan bisa terbang, bisa mengendalikan angin puting beliung. Kau
juga bisa mengontrol tsunami yang
melenyapkan kota-kota. Dan juga bisa mengontrol kebakaran yang menghancurkan
rumah-rumah.”
Leona
sangat senang bisa mendapat cincin tersebut. Dia mengucapkan terimakasih
berkali-kali. Nenek itu juga memberikan jubah bewarna biru yang begitu gelap.
Jubah itu juga melambangan kekuasaannya terhadap seluruh angin di muka bumi.
Jubah itu harus dipakai setiap hati, kecuali saat tidur. Dengan memakai jubah
itu, Leona dapat terbang dan mengelilingi dunia. Jubah itu juga dapat membuat
Leona merasa tidak kecapekan.
Setelah dati rumah kayu itu, Leona keluar dari melanjutkan
perjalanannya. Saat Leona sudah keluar dari rumah itu, lalu ia berbalik badan,
dan rumah itu sudah tidak ada. Leona sangat heran dan ia langsung berlari
menyusul kakak dan adiknya. Leona berkemah bersama Ken, kakaknya dan Talitha,
adiknya. Mereka berkemah selama dua hari tiga malam. Perkemahan itu sangatlah
seru.
Tetapi sayangnya, besok mereka harus pulang. Saat mereka
berjalan-jalan ke hutan, mereka melihat seorang anak perempuan yang tersesat di
hutan, ia sedang membaca buku. Leona, Ken, dan Talitha merasa iba kepada anak
itu. Dia duduk di bawah pohon apel dan membawa boneka teddy bear bewarna putih. Leona mendekatinya dan bertanya kepadanya
“Hai, nama kamu siapa? Kamu berasal dari mana?” Lalu anak itu menjawab “Namaku
Tania, aku tersesat di hutan saat pergi berkemah bersama teman-temanku.
Lalu Leona, Talitha, dan Ken membawa Tania ke tempat
perkemahan mereka. Tiba-tiba Tania menangis dan berkata “Aku rindu dengan orang
tuaku.” Ken bertanya “Kemana orang tuamu pergi?” Tania menjawab “Orang tuaku
telah meninggal dunia akibat terseret angin puting beliung.” Dan sejak itulah
Leona memakai cincin yang berlambang puting beliung dan jubahnya. Leona diberi
mantra untuk dapat mengembalikan arwah orang tua Tania. Leona mencoba untuk
mengucapkan mantranya dan tiba-tiba kedua orang tua Tania duduk disebelah
Tania.
Tania sangat terkejut dan menangis terharu. Mereka hanya
dapat bertemu lima menit saja, dan arwah kedua orang tuanya akan kembali lagi. Orang
tua Tania menyampaikan pesan kepadanya “Jadilah anak yang baik, yang dapat
memotivasi orang lain. Dan sementara ini tinggalah bersama Leona dan jangan
menyusahkannya.” Air mata Tania bertambah deras dan Tania memeluk arwah kedua
orang tuanya. Dan tiba-tiba arwah itu hilang perlahan-lahan dengan sendirinya.
Leona, Ken, Talitha, dan Tania pulang sore ini. Sementara
ini, Tania tinggal bersama-sama dengan Leona, Ken, dan Talitha. Mereka sudah
sampai di rumah dengan selamat dan bertemu Herman, ayah mereka dan Tiara, ibu
mereka. Om Herman dan Tante Tiara menyambut Tania dengan ramah. Kebetulan di
rumah Leona, ada satu kamar kosong dan yang nantinya akan ditempati oleh Tania.
Pada suatu hari, terjadi angin puting beliung yang melanda
kota itu. Leona langsung memakai cincin dan jubahnya. Lalu ia terbang dan
mengendalikan angin itu. Dan angin sebesar itu ia masukkan kedalam sebuah
toples kaca. Setiap ada angin puting beliung, Leona melakukan hal itu. Dan
perlahan-lahan muncul di tangan Leona lambang puting beliung. Leona merasa
terkejut bercampur rasa senang. Om Herman, Tante Tiara, Ken, Talitha, dan Tania
pun ikut merasa senang karena Leona berhasil menjadi penguasa angin.
0 komentar:
Posting Komentar